Rabu, 04 Agustus 2010

2016 IBUKOTA REPUBLIK INDONESIA PINDAH KE PALANGKA RAYA




Oleh: KIHENING

Secara numerologi, Jakarta memang sangat boleh jadi selalu menyimpan tragedi bagi negeri yang diproklamasikan 17 Agustus 1945. Tragedi demi tragedi mengiringi perjalanan Republik Indonesia yang beribukota di Jakarta. JAKARTA memiliki angka 8 dan ini memperbesar unsur negatif berupa tragedi. JAKARTA memiliki ambisi tiada habis-habisnya, serakah, dan kekejamannya melebihi kejamanya ibu tiri. Selama Republik Indonesia masih beribukota di Jakarta, tak akan pernah anak bangsa ini memiliki ibu sejati. Tragedi demi tragedi akan terus mengiringi perjalanan Republik Indonesia.

Kebutuhan untuk memindahkan ibukota Republik Indonesia adalah keharusan. Secara numerologi PALANGKA RAYA tepat untuk menggantikan Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia. PALANGKA RAYA berhari jadi 14 Agustus 1950 memiliki angka nasib 1. Sedangkan dari namanya memiliki angka 9. Angka-angka yang dimiliki PALANGKA RAYA bersinergi positif dengan hari jadi Republik Indonesia 17 Agustus 1945, sehingga potensi tragedi dari republik ini dapat dinetralisir dan dikendalikan dari PALANGKA RAYA.

Jadi, sangat direkomendasikan berdasar teropong numerologi, ibukota Republik Indonesia memang harus pindah dari Jakarta ke PALANGKA RAYA. Kapan waktu yang tepat? 2016 adalah momentum terbaik untuk memboyong pusat pemerintahan Republik Indonesia ke PALANGKA RAYA. Masih ada waktu sekitar 5 tahunan untuk mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Cukuplah kota Jakarta menjadi pusat bisnis seperti kota New York di Amerika Serikat.

(Dikutip dari: www.kihening.blogspot.com)

Jumat, 07 Mei 2010

ANUGERAH PIAGAM PENGARHAGAAN MURI UNTUK BUKU “700 PUISI PILIHAN PEREMPUAN YANG MENCARI” KARYA DIAH HADANING



Dengan rasa syukur ke hadirat Sang Maha Hidup, Sang Maha Pemberi, buku antologi puisi karya Penyair Diah Hadaning bertajuk, ”700 Puisi Pilihan Perempuan yang Mencari” akhirnya sukses diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis, 7/5/2010. Rasa syukur itu bertambah-tambah dengan dianugerahkannya Piagam Penghargaan dari MURI (Musium Rekor Dunia Indonesia) kepada Diah Hadaning atas prestasinya menulis buku puisi tertebal pada usia tertua, 700 Halaman 70 Tahun.

Thowaf Zuharon selaku Program Officer dari pihak penerbit mengungkapkan, buku tebal itu merupakan wujud penghargaan kepada Diah Hadaning atas kesetiaannya menjalani titah Sang Ilahi mengarungi samudera puisi hingga usia penyair mencapai genap 70 tahun. Karena itu Thowaf menegaskan, Penyair Diah Hadaning pantas memperoleh Piagam Penghargaan dari MURI. ”Bahkan kita harus usulkan kepada pemerintah agar Mbak Diah dianugerahi Satya Lencana atas dedikasinya di bidang sastra. Kita akan perjuangkan ini,” ungkap Thowaf.

Buku terbitan Pustaka Yashiba bersampul hijau itu menjadi kebangaan tersendiri bagi para mitra penyair di seluruh Nusantara. Pada acara peluncuran buku yang dilanjutkan dengan pembahasan oleh pembicara Ahmadun Yossi Herfanda, moderator Endo Senggono dan Editor Suhening Sutardi itu sejumlah penyair maupun sastrawan hadir memeriahkan kebahagiaan Diah Hadaning. Mereka antara lain, Hamsad Rangkuti, Jose Rizal Manua, Yvonne de Fretes, Endang Supriadi, Wowok Hesti Prabowo, Shobier Poer dan masih banyak lagi ramai-ramai membacakan puisi. Mitra sastra dari luar kota, seperti Dimas Arika (Jambi) pun datang untuk menggenapkan kebahagiaan penyair kelahiran Jepara, 4 Mei 1940.

Penyair Diah Hadaning yang tampil dengan busana kebesaran serba hitam menyatakan sangat berterimakasih atas kepedulian dari seluruh mitra sastra selama ini. ”Semoga kita semua selalu penuh kebahagiaan, terus berkarya, pantang menyerah, walaupun dibabat, disikat, namun pada suatu saat pasti kan bermanfaat. Trimakasih untuk semua saudara dan mitra sastra di mana pun berada,” ujar penyair yang juga pernah memperoleh penghargaan dari GAPENA dan Bank Bumi Putera Malaysia atas buku puisinya Surat dari Kota.

Acara yang dipandu penyair muda Rara Gendis itu berlangsung penuh kehangatan sejak lepas sholat Jumat hingga senja menjelang magrib. (***)

Selasa, 23 Februari 2010

700 Puisi Diah Hadaning Diluncurkan 7 Mei 2010 di PDS - TIM


BUKU "700 PUISI PEREMPUAN YANG MENCARI" karya Diah Hadaning setebal 700 halaman, terbitan Pustaka Yashiba sudah beredar. Buku dengan harga bandrol Rp 170.999,- ini dijadwal peluncurannya pada Jumat, 7 Mei 2010 di PDS (Pusat Dokumentasi Sastra) HB Jassin, TIM (Taman Ismail Marzuki), Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat.

Pada acara peluncuran, buku tersebut dipromosikan dengan harga sangat miring. Hanya Rp 70 ribu. Para peminat dapat memesan via email: pustakayashiba01@gmail.com.