Jumat, 07 Mei 2010

ANUGERAH PIAGAM PENGARHAGAAN MURI UNTUK BUKU “700 PUISI PILIHAN PEREMPUAN YANG MENCARI” KARYA DIAH HADANING



Dengan rasa syukur ke hadirat Sang Maha Hidup, Sang Maha Pemberi, buku antologi puisi karya Penyair Diah Hadaning bertajuk, ”700 Puisi Pilihan Perempuan yang Mencari” akhirnya sukses diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis, 7/5/2010. Rasa syukur itu bertambah-tambah dengan dianugerahkannya Piagam Penghargaan dari MURI (Musium Rekor Dunia Indonesia) kepada Diah Hadaning atas prestasinya menulis buku puisi tertebal pada usia tertua, 700 Halaman 70 Tahun.

Thowaf Zuharon selaku Program Officer dari pihak penerbit mengungkapkan, buku tebal itu merupakan wujud penghargaan kepada Diah Hadaning atas kesetiaannya menjalani titah Sang Ilahi mengarungi samudera puisi hingga usia penyair mencapai genap 70 tahun. Karena itu Thowaf menegaskan, Penyair Diah Hadaning pantas memperoleh Piagam Penghargaan dari MURI. ”Bahkan kita harus usulkan kepada pemerintah agar Mbak Diah dianugerahi Satya Lencana atas dedikasinya di bidang sastra. Kita akan perjuangkan ini,” ungkap Thowaf.

Buku terbitan Pustaka Yashiba bersampul hijau itu menjadi kebangaan tersendiri bagi para mitra penyair di seluruh Nusantara. Pada acara peluncuran buku yang dilanjutkan dengan pembahasan oleh pembicara Ahmadun Yossi Herfanda, moderator Endo Senggono dan Editor Suhening Sutardi itu sejumlah penyair maupun sastrawan hadir memeriahkan kebahagiaan Diah Hadaning. Mereka antara lain, Hamsad Rangkuti, Jose Rizal Manua, Yvonne de Fretes, Endang Supriadi, Wowok Hesti Prabowo, Shobier Poer dan masih banyak lagi ramai-ramai membacakan puisi. Mitra sastra dari luar kota, seperti Dimas Arika (Jambi) pun datang untuk menggenapkan kebahagiaan penyair kelahiran Jepara, 4 Mei 1940.

Penyair Diah Hadaning yang tampil dengan busana kebesaran serba hitam menyatakan sangat berterimakasih atas kepedulian dari seluruh mitra sastra selama ini. ”Semoga kita semua selalu penuh kebahagiaan, terus berkarya, pantang menyerah, walaupun dibabat, disikat, namun pada suatu saat pasti kan bermanfaat. Trimakasih untuk semua saudara dan mitra sastra di mana pun berada,” ujar penyair yang juga pernah memperoleh penghargaan dari GAPENA dan Bank Bumi Putera Malaysia atas buku puisinya Surat dari Kota.

Acara yang dipandu penyair muda Rara Gendis itu berlangsung penuh kehangatan sejak lepas sholat Jumat hingga senja menjelang magrib. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar